Sosialisasi Hasil Survei Kualitas Air (SKA) 2015 di Yogyakarta - Berita - Badan Pusat Statistik Indonesia
Badan Pusat StatistikBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik

Sosialisasi Hasil Survei Kualitas Air (SKA) 2015 di Yogyakarta

Sosialisasi Hasil Survei Kualitas Air (SKA) 2015 di Yogyakarta

14 Oktober 2016 | Kegiatan Statistik


Bertempat di Amarta Ballroom, Hotel Melia Purosani, Kota Yogyakarta, pada hari Selasa, 11 Oktober 2016 telah diselenggarakan Sosialisasi Hasil Survei Kualitas Air Tahun 2015 (SKA 2015). Sosialisasi ini bertujuan untuk membuka wawasan dan pengetahuan para pemangku kepentingan serta khalayak luas tentang pentingnya kualitas air minum yang aman untuk diminum serta untuk memberi gambaran mengenai dampak kualitas air bagi kesehatan.

Survei yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia ini, dapat terselenggara berkat kerjasama antara BPS, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kemenkes RI serta didukung oleh UNICEF. Pelaksanaanya dilakukan terintegrasi dengan kegiatan Susenas pada bulan September 2015. Sampel yang digunakan sebesar 940 rumah tangga, tersebar di seluruh kabupaten/kota di DIY. 

Sosialisasi dihadiri oleh sekitar 100 undangan, yang berasal dari BPS (Pusat, provinsi dan Kab/kota di DI Yogyakarta), Bappenas, Kemenkes RI, Kementerian PUPR, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) DI Yogyakarta (DIY), beberapa SKPD di Provinsi dan Kab/kota DIY, Akademisi di DIY, PDAM DIY, BPOM/SPE/BLK DIY, dan beberapa LSM di Yogyakarta.

Acara juga diisi dengan Diskusi Panel oleh 4 pemrasaran yaitu dari Kepala BPS DIY, Kepala BBTKLPP DIY, Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS , dan Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes, dengan moderator Didik Purwadi, dari UGM, serta Keynote Speaker oleh Eko Wiji Putranto dari Kementerian PPN/Bappenas RI.

Dalam paparannya, Direktur Statistik Kesra, Gantjang Amanullah, dengan jelas telah menyingkap fakta bahwa kondisi air minum di DIY cukup memprihatinkan. Hasil SKA 2015 memperlihatkan bahwa 89 %  sumber air tercemar bakteri E.coli,  87,8 % sumber air layak minum tercemar bakteri E.coli, sedangkan 95,5 % sumber air tidak layak Tercemar bakteri E.coli. 

Fakta lain yang terungkap adalah bahwa 71,3 % air siap minum telah tercemar bakteri E.coli, 69,8 %  air siap minum dari sumber air layak tercemar bakteri E.coli, sedangkan 78,1 % air siap minum dari sumber air tidak layak telah tercemar bakteri E.coli. Kondisi sumber air layak (air pipa, air kemasan bermerek, air tanah, dan air isi ulang) sebagai sumber air siap minum, terkontaminasi bakteri E.coli dengan kadar persentase yang berbeda-beda. 73% air pipa terkontaminasi E.coli, 52 % air kemasan bermerek terkontaminasi E.coli, 68,9 %, air tanah terkontaminasi E.coli, dan 47,2 % air isi ulang terkontaminasi E.coli.

Kontaminasi lainnya berupa nitrat dan khlorida dapat dikatakan berada dalam zona aman. Hasil SKA 2015 menunjukkan bahwa hanya 6,3 % dari sampel air minum rumah tangga yang mengandung 50 mg/L nitrat (melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes). Bahkan hasil uji kandungan khlorida menunjukkan bahwa tidak ada sampel air minum rumah tangga yang memiliki kandungan khlorida dibawah 250 mg/L (batas toleransi yang ditetapkan Permenkes No. 492 Tahun 2010).

Sosialisasi SKA 2015 kali ini terasa istimewa dengan kehadiran Ngarso Dalem, Gubernur DI Yogjakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sultan dalam kesempatan tersebut berkenan memberi sambutan sekaligus  membuka acara ini.

Dalam sambutannya, Sultan mengatakan bahwa provinsi ini masih menyimpan problem yang besar jika bicara mengenai air yang aman dan sehat, karena ditingkat air baku saja masih bermasalah. Hal ini disebabkan minimnya sumber mata air di provinisi ini akibat letusan gunung Merapi. Disamping itu minimnya investasi disektor ini akibat mahalnya infrastuktur yang harus dibangun, juga menjadi kendala penyediaan air baku yang memenuhi syarat kesehatan, terutama di daerah Gunung Kidul.
 
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Sosial M. Sairi, dalam sambutannya mengatakan bahwa dipilihnya Yogjakarta sebagai pilot SKA disebabkan angka kematian bayi di provinsi ini terbilang yang terendah di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diharapkan hasil survei ini dapat dijadikan sebagai acuan terhadap provinsi-provinsi lainnya. Hasil survei ini telah menunjukan bahwa persoalan kesehatan air minum kita ternyata masih merupakan tantangan besar. 

Sosialisasi berikutnya akan kembali diadakan dalam bentuk seminar Nasional di Jakarta, tentunya dengan mengakomodir beberapa masukan serta perbaikan dari hasil sosialisasi sebelumnya. Harapannya adalah hasil survei ini dapat memberikan informasi rinci mengenai kualitas air dan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga, serta dapat digunakan sebagai informasi awal untuk mencapai target Nawa Cita, RPJMN 2015-2019, serta SDGs. Harapan lainnya adalah, bersama dengan stake holder terkait, hasil survei ini diharapkan akan menjadi suatu pedoman bagi pengambil keputusan untuk membangun suatu kebijakan yang lebih komprehensif terhadap penanganan air minum di Indonesia. 

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)

Jl. Dr. Sutomo 6-8

Jakarta 10710 Indonesia

Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291

Faks (62-21) 3857046

Mailbox : bpshq@bps.go.id

logo_footer

Tentang Kami

Manual

S&K

Daftar Tautan

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik