Analisis data sosial memang 'asyik' untuk dikaji. Mengapa? Manfaat data-data sosial biasanya berhubungan langsung dengan masyarakat. Belum lama berselang, pada 4-6 Oktober 2016 dilakukan Workshop Rekonsiliasi dan Sosialisasi Parameter Demografi dan Profil Penduduk Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 di bumi Laskar Pelangi, Belitung.
Deputi Bidang Sosial, M. Sairi Hasbullah membuka secara resmi acara tersebut. Kegiatan ini merupakan kerjasama BPS dengan The United Nations Population Fund (UNFPA) untuk mengkaji perihal Parameter Demografi. Acara yang diselenggarakan di Hotel BW Suites Belitung ini juga dihadiri oleh beberapa undangan yakni Asisten Representatif UNFPA, Martha Santoso Ismail, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Sukardi, serta Kepala BPS Provinsi Bangka Belitung, Darwis Sitorus. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Bidang Statistik Sosial Provinsi seluruh Indonesia, serta Kepala Subdirektorat di lingkungan Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan.
Agenda workshop membahas parameter kelahiran, kematian, dan perpindahan yang merupakan capaian pembangunan sosial ekonomi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten/Kota se-Indonesia. Bagi BPS, kegiatan ini ditujukan untuk mendiskusikan dan memantau capaian pembangunan berdasarkan bukti yang dikumpulkan dalam SUPAS 2015. Kajian dan sosialisasi ini memiliki dampak yang berkesinambungan dan bermanfaat untuk perbaikan kualitas hidup dan perencanaan masa depan yang lebih baik untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Kebijakan pemerintah mengacu pada data BPS. Data apapun yang dimiliki BPS akan lebih bermakna manakala masyarakat merasakan manfaat data BPS. Tentu saja, dampak kebijakan pemerintah dan pembangunan akan dapat dirasakan masyarakat.
