“Air minum aman berarti air yang langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat, terbebas dari patogen mikro biologi dan zat kimia, “ suara nyaring Prita Laura presenter cantik salah satu televisi nasional, sang pemandu acara mengiringi prosesi seremoni kampanye "mewujudkan air minum aman" dalam sosialisasi hasil Survei Kualitas Air (SKA) 2015 di Flores Ballroom, Hotel Borobudur Jakarta, Selasa 22 November 2016.
Mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang berkualitas, terkait aspek kesehatan penduduk, ketersediaan air minum yang aman dan berkelanjutan merupakan salah satu hal penting yang dicitakan pemerintah. Untuk itu Badan Pusat Statistik dengan dukungan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Kesehatan RI, dan UNICEF menyelenggarakan sosialisasi hasil Survei Kualitas Air (SKA) 2015 dengan tema Kerja Nyata Menyediakan Air Minum Aman dan Berkelanjutan.
Hadir dalam kesempatan ini Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, dan Ketua Representative UNICEF Indonesia, Gunilla Olsson yang juga berkenan memberikan sambutan.
Bambang Brodjonegoro menyebutkan bahwa syarat kesiapan menuju SDGs diperlukan pendataan yang baik dan rinci dengan mengedepankan sinergi antara pemerintah, legislatif, swasta, CSO, dan lembaga pendidikan/riset, transparasi mencakup disagregasi data yang lebih detail (kota-desa, antar kuintil pendapatan) dan universal akses meliputi kuantitas/akses, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan.
Selanjutnya Suhariyanto mengatakan, banyak informasi penting yang bisa digali dari SKA 2015, salah satunya yakni tingkat kontaminasi bakteri pada sumber air minum dan air siap minum. “BPS merekomendasikan agar SKA 2015, dapat direplikasikan di provinsi lain dan hasil SKA 2015 dapat dijadikan pedoman survei serupa di masa mendatang,” ujar Suhariyanto.
SKA 2015 dilaksanakan BPS dengan dukungan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Kesehatan RI, dan UNICEF. SKA 2015 merupakan ujicoba survei kualitas air minum pertama di Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 940 rumah tangga di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DI Yogyakarta. Mengapa dipilih DI Yogyakarta? Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2015 lalu, DIY merupakan provinsi yang mencapai angka 81 persen rumah tangganya memiliki akses terhadap air minum layak, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional 71 persen. DIY juga memiliki akses terhadap sanitasi layak 86,3 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional 62,1 persen. Akan tetapi, lanjut Suhariyanto, hasil pengujian sampel air minum pada SKA 2015 menunjukkan bahwa