Tanggal Rilis | : | 4 Januari 2010 |
Ukuran File | : | 0.33 MB |
Abstraksi
Pada November 2009, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional sebesar 101,13, atau naik 0,34 persen
dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 95,95;
Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 106,24; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)
105,44; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 106,26; dan untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) 105,59.
Kenaikan NTP dipicu oleh kenaikan Subsektor Peternakan terutama pada kelompok ternak besar dan
ternak kecil.
Dari 32 provinsi (tanpa DKI) pada November 2009, NTP 19 provinsi naik, sedangkan 13 provinsi turun.
Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat (1,92 persen), terutama disebabkan harga
produsen jagung yang naik 5,84 persen. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Papua Barat
(1,17 persen), terutama disebabkan harga produsen coklat yang turun 3,88 persen.
Pada November 2009, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Indonesia sebesar 0,28 persen. Deflasi
perdesaan November 2009 ini dipengaruhi oleh penurunan indeks harga subkelompok bahan makanan;
makanan jadi; perumahan serta pendidikan, rekreasi dan olahraga, yang masing-masing turun sebesar
0,58 persen; 0,20 persen; 0,09 dan 0,15 persen, sedangkan subkelompok sandang; kesehatan serta
transportasi dan komunikasi naik masing-masing 0,14 persen; 0,20 persen dan 0,44 persen.
Komposisi jumlah observasi dari 709 transaksi harga gabah di 13 provinsi selama Desember 2009,
didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 80,68 persen, diikuti oleh gabah kualitas rendah sebesar
10,58 persen dan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 8,74 persen.
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas IR-42 senilai Rp3.600,- per
kg yang terjadi di Kabupaten Subang (Jawa Barat). Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas
rendah varietas Ciherang senilai Rp2.100,- per kg, terjadi di Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat).
Dibandingkan bulan lalu, terjadi peningkatan persentase jumlah observasi harga gabah di bawah HPP dari
2,20 persen menjadi 4,10 persen selama Desember 2009. Peningkatan juga terjadi pada persentase jumlah
observasi harga gabah kualitas rendah yakni dari 8,96 persen menjadi 10,58 persen.
Selama Desember 2009, rata-rata harga gabah kualitas GKP baik di tingkat petani maupun penggilingan
masing-masing naik 2,27 persen menjadi Rp2.863,- per kg dan 2,25 persen menjadi Rp2.926,- per kg
dibandingkan bulan lalu. Sedangkan gabah kualitas GKG naik 1,29 persen menjadi Rp3.060,- per kg di
tingkat petani dan 1,22 persen menjadi Rp3.124,- per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu, gabah
kualitas rendah juga meningkat 3,00 persen menjadi Rp2.607,- per kg di tingkat petani dan 2,92 persen
menjadi Rp2.670,- per kg di tingkat penggilingan.
Upah nominal harian buruh tani Nasional pada November 2009 naik sebesar 0,34 persen dibanding
upah Oktober 2009, yaitu dari Rp37.105,- menjadi Rp37.230,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan
sebesar 0,62 persen1).
Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Desember 2009 naik 0,53 persen
dibanding upah November 2009, yaitu dari Rp56.111,- menjadi Rp56.406,- per hari. Secara riil naik
sebesar 0,20 persen1).
Upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan III 2009 naik sebesar 3,99 persen dibanding upah
triwulan II 2009 yaitu dari Rp1.115.608,- menjadi Rp1.160.107,-, secara riil naik 2,06 persen1). Dibanding
upah triwulan III 2008 (year on year), upah nominal naik 6,17 persen.