Bogor – “Komoditas kakao merupakan salah satu produk kesukaan generasi milenial. Selain coklat, kakao bisa dibuat kue, minuman, bahkan make up. Kakao bisa juga dijadikan simbol rasa suka. Ketika laki-laki suka dengan lawan jenisnya, untuk menyatakan kesukaannya dikasih coklat. Hayo...siapa wanita di ruangan ini yang suka coklat?" canda Hermanto, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS di hadapan peserta Instruktur Nasional (Innas) Survei Komoditas Strategis Perkebunan Kakao 2019 (VKAKAO2019) di Hotel Amaroossa, (12/3) yang disambut dengan senyum simpul peserta wanita.
Salah satu agenda Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2025 adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Sektor pertanian merupakan sektor yang diharapkan mandiri untuk menguatkan perekonomian nasional. “Kakao adalah salah satu komoditas andalan pemerintah untuk sumber devisa. Indonesia adalah penghasil kakao ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Tetapi apakah Indonesia mampu menguasai pasar? Bagaimana meyakinkan dunia bahwa Indonesia penghasil kakao yang besar? Opini ini harus dibangun Indonesia dengan data. Dengan data, dunia teryakinkan bahwa Indonesia mempunyai kakao yang besar, disinilah BPS berperan,” ujar Hermanto dalam sambutannya di hadapan sekitar 40 peserta.
Saat ini, masih ada perdebatan tentang data kakao. Harmonisasi data diperlukan untuk mewujudkan satu data. Banyak pihak yang menginginkan BPS mengambil peran utama dalam mewujudkan hal ini. Setelah data padi dirilis dengan metode Kerangka Sampel Area, banyak pihak dari kalangan akademisi, pengamat, asosiasi, dan kementerian/lembaga menginginkan kedepannya BPS dapat menyelesaikan permasalahan data komoditas strategis lainnya, seperti jagung, kedelai, cabe, bawang, sawit, kakao, dan karet sehingga terwujud satu data. Dengan data yang representatif, pemerintah menjadi percaya diri dalam membuat perencanaan yang tepat sasaran.
VKAKAO2019 ini akan dilakukan di lima provinsi, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.