IBR untuk BPS yang Lebih Cerdas - Berita - Badan Pusat Statistik Indonesia
Badan Pusat StatistikBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik

IBR untuk BPS yang Lebih Cerdas

IBR untuk BPS yang Lebih Cerdas

26 Agustus 2015 | Kegiatan Statistik Lainnya


Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan dan pergerakan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan data ekonomi yang dinamis harus bisa ditangkap oleh statistik secara real time melalui pengumpulan data yang lebih efisien, berstandar internasional, murah, dan meringankan beban responden. Untuk itulah BPS membentuk Integrated Business Register (IBR), yang diharapkan akan menjadi direktori usaha terintegrasi dimana setiap usaha akan memiliki identitas tunggal (single identity). Bagaimana perkembangan IBR sejauh ini dan apa manfaatnya, berikut kutipan wawancara bersama Kasubdit Pengembangan Standarisasi dan Klasifikasi Statistik, Lien Suharni.


Apa latar belakang dibentuknya IBR?

Pada umumnya , BPS selama ini melakukan aktivitas pengumpulan, pengolahan , dan analisis data berdasarkan sektor-sektor yang terpisah. Beberapa subject matter juga terkadang masih melakukan penarikan sampel sendiri, sehingga tidak jarang responden menerima lebih dari dua kuesioner survei (overlapping). Belum adanya koordinasi dan pengintegrasian pengambilan sampel ini mengakibatkan beban kerja di daerah tidak merata. Untuk itu perlu terobosan-terobosan yang bisa mengurangi beban responden maupun petugas di daerah, meningkatkan response rate, serta meningkatkan kualitas data. Bagaimana caranya? Dengan pengintegrasian direktori perusahaan/usaha ke dalam suatu sistem IBR, dimana nantinya setiap subject matter yang akan melakukan survei harus berkoordinasi dengan bagian metodologi untuk penarikan sampel. Ini sangat bermanfaat, untuk mengurangi overlapping tadi.


Apa manfaat dibentuknya IBR?
 
Dalam misi BPS 2015-2019 yang kedua disebutkan BPS akan memperkuat Sistem Statistik Nasional melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik. Dengan kata lain BPS harus menjadi acuan terhadap kegiatan perstatistikan. BPS harus dapat mengintegrasikan data-data, dan IBR menjadi salah satu infrastruktur dalam membangun kegiatan perstatistikan itu. IBR menyajikan himpunan direktori usaha dari berbagai sumber.


Darimana sumber data IBR dikumpulkan?

Data awal IBR berasal dari hasil Sensus Ekonomi 2006 dan direktori seluruh subject matter, yang akan dicocokkan (matching) dengan hasil profiling tim IBR. Profiling merupakan kegiatan penyusunan profil perusahaan besar dan membangun model hirarki dari unit-unit statistiknya. Kegiatan profiling dibantu oleh tim profiler alumni STIS angkatan 51 dan 52 selama satu tahun setengah, dan telah berhasil memetakan 100 grup perusahaan/ korporasi terbesar di Indonesia dan 138 perusahaan BUMN. Dari kegiatan profiling ini dapat diketahui jaringan/gurita anak-anak perusahaan dan unit usahanya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk keberlanjutannya, IBR juga akan didukung data administratif melibatkan pihak eksternal seperti kementerian/lembaga dan asosiasi.


Seberapa strategis IBR dalam proses bisnis di BPS?

IBR sangat strategis dalam mengurangi beban responden (responden rumah tangga, pemerintah, korporasi, dan lembaga nonprofit). IBR dapat menjadi alat koordinasi dan integrasi surveisurvei yang dilakukan subject matter. Konsep unit statistik IBR dibangun mengikuti standar internasional yaitu mengacu SNA 2008 sehingga nantinya IBR juga akan digunakan oleh National Account sebagai salah satu bahan baku perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB).


Bagaimana peran IBR dalam Sensus Ekonomi 2016 (SE2016)?

Dalam rangka persiapan SE2016, IBR menyediakan sistem yang memfasilitasi updating tiga variabel yakni variabel umum/ common (yang memuat nama perusahaan, alamat, blok sensus, nomor telepon, KBLI, kontak person dan sebagainya); variabel stratifikasi/desirable (memuat jumlah tenaga kerja, upah, output, dan sebagainya); serta variabel khusus yang mengandung karakteristik khusus yang hanya dimiliki subject matter tertentu (misal hotel memiliki variabel khusus seperti jumlah kamar). Melalui sistem IBR tersebut, data IBR dimutakhirkan oleh unit kerja di BPS daerah dalam kegiatan updating SE2016, dan hingga saat ini masih terus dikelola untuk melengkapi dan menghindari duplikasi data. Pada kuesioner SE2016 nanti, IBR memberikan informasi pre-printed untuk variabel umum. Informasi awal yang sudah tercetak ini akan sangat membantu petugas pencacahan, dan sudah dilakukan saat gladi bersih pendataan SE2016 kemarin. Ke depan data IBR tidak hanya perusahaan (korporasi) berskala menengah/besar tetapi juga korporasi berskala mikro/kecil, pemerintah, lembaga nonprofit, dan rumah tangga yang semakin diperkaya dan dimutakhirkan berdasarkan data hasil SE2016.


Apa kendala dalam penyusunan database IBR?

Kendala utama yakni membangun kesepahaman di antara subject matter. Tetapi ini wajar, apalagi selama ini kita sudah terbiasa dengan sistem yang terbentuk dan telah menjadi rutinitas. Ini merupakan suatu proses transformasi dan dibutuhkan kesabaran. Saya berharap semoga seluruh subject matter bisa memahami IBR sebagai sesuatu yang penting dalam meningkatkan kinerja BPS dan menuju statistik yang lebih berkualitas, sehingga BPS akan lebih terhormat dan cerdas di antara kementerian/lembaga lain.
Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)

Jl. Dr. Sutomo 6-8

Jakarta 10710 Indonesia

Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291

Faks (62-21) 3857046

Mailbox : bpshq@bps.go.id

logo_footer

Tentang Kami

Manual

S&K

Daftar Tautan

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik