Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan dan pergerakan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan data ekonomi yang dinamis
harus bisa ditangkap oleh statistik secara real time melalui pengumpulan data yang lebih efisien, berstandar internasional, murah, dan
meringankan beban responden. Untuk itulah BPS membentuk Integrated Business Register (IBR), yang diharapkan akan menjadi direktori
usaha terintegrasi dimana setiap usaha akan memiliki identitas tunggal (single identity). Bagaimana perkembangan IBR sejauh ini dan
apa manfaatnya, berikut kutipan wawancara bersama Kasubdit Pengembangan Standarisasi dan Klasifikasi Statistik, Lien Suharni.
Apa latar belakang dibentuknya IBR?Pada umumnya ,
BPS selama
ini melakukan
aktivitas
pengumpulan,
pengolahan ,
dan analisis data
berdasarkan
sektor-sektor yang terpisah. Beberapa subject matter juga terkadang
masih melakukan penarikan sampel sendiri, sehingga tidak jarang
responden menerima lebih dari dua kuesioner survei (overlapping).
Belum adanya koordinasi dan pengintegrasian pengambilan
sampel ini mengakibatkan beban kerja di daerah tidak merata.
Untuk itu perlu terobosan-terobosan yang bisa mengurangi beban
responden maupun petugas di daerah, meningkatkan response
rate, serta meningkatkan kualitas data. Bagaimana caranya? Dengan
pengintegrasian direktori perusahaan/usaha ke dalam suatu sistem
IBR, dimana nantinya setiap subject matter yang akan melakukan
survei harus berkoordinasi dengan bagian metodologi untuk penarikan
sampel. Ini sangat bermanfaat, untuk mengurangi overlapping tadi.
Apa manfaat dibentuknya IBR?
Dalam misi BPS 2015-2019 yang kedua disebutkan BPS
akan memperkuat Sistem Statistik Nasional melalui pembinaan
dan koordinasi di bidang statistik. Dengan kata lain BPS harus
menjadi acuan terhadap kegiatan perstatistikan. BPS harus
dapat mengintegrasikan data-data, dan IBR menjadi salah satu
infrastruktur dalam membangun kegiatan perstatistikan itu. IBR
menyajikan himpunan direktori usaha dari berbagai sumber.
Darimana sumber data IBR dikumpulkan?
Data awal IBR berasal dari hasil Sensus Ekonomi 2006 dan
direktori seluruh subject matter, yang akan dicocokkan (matching)
dengan hasil profiling tim IBR. Profiling merupakan kegiatan
penyusunan profil perusahaan besar dan membangun model
hirarki dari unit-unit statistiknya. Kegiatan profiling dibantu oleh
tim profiler alumni STIS angkatan 51 dan 52 selama satu tahun
setengah, dan telah berhasil memetakan 100 grup perusahaan/
korporasi terbesar di Indonesia dan 138 perusahaan BUMN. Dari
kegiatan profiling ini dapat diketahui jaringan/gurita anak-anak
perusahaan dan unit usahanya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk keberlanjutannya, IBR juga akan didukung data administratif
melibatkan pihak eksternal seperti kementerian/lembaga dan asosiasi.
Seberapa strategis IBR dalam proses bisnis di BPS?IBR sangat strategis dalam mengurangi beban responden
(responden rumah tangga, pemerintah, korporasi, dan lembaga
nonprofit). IBR dapat menjadi alat koordinasi dan integrasi surveisurvei
yang dilakukan subject matter. Konsep unit statistik IBR dibangun
mengikuti standar internasional yaitu mengacu SNA 2008 sehingga
nantinya IBR juga akan digunakan oleh National Account sebagai
salah satu bahan baku perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB).
Bagaimana peran IBR dalam Sensus Ekonomi 2016 (SE2016)?
Dalam rangka persiapan SE2016, IBR menyediakan sistem
yang memfasilitasi updating tiga variabel yakni variabel umum/
common (yang memuat nama perusahaan, alamat, blok sensus,
nomor telepon, KBLI, kontak person dan sebagainya); variabel
stratifikasi/desirable (memuat jumlah tenaga kerja, upah, output, dan
sebagainya); serta variabel khusus yang mengandung karakteristik
khusus yang hanya dimiliki subject matter tertentu (misal hotel
memiliki variabel khusus seperti jumlah kamar). Melalui sistem
IBR tersebut, data IBR dimutakhirkan oleh unit kerja di BPS daerah
dalam kegiatan updating SE2016, dan hingga saat ini masih terus
dikelola untuk melengkapi dan menghindari duplikasi data. Pada
kuesioner SE2016 nanti, IBR memberikan informasi pre-printed untuk
variabel umum. Informasi awal yang sudah tercetak ini akan sangat
membantu petugas pencacahan, dan sudah dilakukan saat gladi bersih
pendataan SE2016 kemarin. Ke depan data IBR tidak hanya perusahaan
(korporasi) berskala menengah/besar tetapi juga korporasi berskala
mikro/kecil, pemerintah, lembaga nonprofit, dan rumah tangga yang
semakin diperkaya dan dimutakhirkan berdasarkan data hasil SE2016.
Apa kendala dalam penyusunan database IBR?
Kendala utama yakni membangun kesepahaman di antara
subject matter. Tetapi ini wajar, apalagi selama ini kita sudah terbiasa
dengan sistem yang terbentuk dan telah menjadi rutinitas. Ini
merupakan suatu proses transformasi dan dibutuhkan kesabaran.
Saya berharap semoga seluruh subject matter bisa memahami IBR
sebagai sesuatu yang penting dalam meningkatkan kinerja BPS dan
menuju statistik yang lebih berkualitas, sehingga BPS akan lebih
terhormat dan cerdas di antara kementerian/lembaga lain.