Bogor - Dengan nada bicara yang humoris, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menyelipkan pesan-pesan penting yang menggiring peserta kegiatan “Pembahasan Penyusunan Angka Tetap (ATAP) Perkebunan” di Hotel Royal Padjadjaran, (24/8), untuk selalu termotivasi menekuni pendataan perkebunan. “Satu data perkebunan sudah dirintis sejak dua tahun lalu. Namun yang perlu adalah kontinuitas. Jika sulit dikumpulkan, maka perlu koordinasi yang bagus antara BPS dan perusahaan," ujarnya.
Penekanan serupa disampaikan Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS, Hermanto. Menurutnya, BPS dengan teknologi yang berkembang pesat harus mengikuti selera kekinian ketika mendata, baik dari tampilan petugas yang selalu rapi serta perlu mencari cara dan memiliki pendekatan yang berbeda ketika mendata perusahaan. Untuk itulah, kegiatan ini diselenggarakan sebagai sarana sosialisasi penegasan pengisian aplikasi Survei Perusahaan Perkebunan (SKB) online guna sinkronisasi data angka perkebunan seluruh provinsi di Indonesia.
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Kementarian Pertanian (Kementan), Sigit Wahyudi turut hadir dalam kegiatan ini. Dalam paparannya, Sigit menjelaskan BPS dan Kementan perlu memadukan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya menjadi satu output data. Oleh karenanya, sinkronisasi data di tingkat kabupaten, provinsi, dan penyesuaian data sangat penting. Dengan demikian, ketika langkah yang diambil telah sama, maka persepsi dari dua kementerian/lembaga ini juga harus sama.
Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan BPS yang menggawangi kegiatan memberikan penghargaan kepada tiga provinsi yang dinilai paling berprestasi dalam hal presensi pemasukan dokumen perusahaan perkebunan, komunikasi dan koordinasi, serta dukungan kepada stakeholders. Tiga provinsi terbaik diraih oleh BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Provinsi Jawa Timur, dan BPS Provinsi Kalimantan Tengah.
