Profil Migran Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019 - Badan Pusat Statistik Indonesia
Badan Pusat StatistikBadan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik

Profil Migran Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019

Nomor Katalog : 2204009
Nomor Publikasi : 04140.2001
ISSN/ISBN : 2714-8548
Frekuensi Terbit : 2 Tahunan
Tanggal Rilis : 2 Desember 2020
Bahasa : Indonesia
Ukuran File : 20.7 MB

Abstraksi

Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor yang memengaruhi perubahan jumlah penduduk. Migrasi dapat menambah atau mengurangi jumlah penduduk di suatu wilayah. Keragaman kondisi dan potensi antarwilayah di Indonesia merupakan situasi yang mendukung terjadinya migrasi. Selain itu, masalah migrasi di Indonesia berkaitan dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi mengenai migrasi yang dapat dijadikan masukan untuk perencanaan pembangunan dan pemecahan masalah sosial dan juga sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan transportasi dan permukiman penduduk. Publikasi profil migran hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan publikasi yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai besaran, perbandingan, tingkat, pola dan arus migrasi serta karakteristik dan rumah tangga migran dan non migran. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2019, Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan persentase terbesar penduduk berstatus migran masuk seumur hidup dan risen. Sementara itu, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase terbesar penduduk berstatus migran keluar seumur hidup dan risen. Adapun persentase tertinggi penambahan penduduk akibat migrasi seumur hidup terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan persentase tertinggi pengurangan penduduk akibat migrasi seumur hidup terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Apabila dilihat dari sisi migrasi risen, persentase tertinggi penambahan penduduk terjadi di Provinsi D.I Yogyakarta, sedangkan persentase tertinggi pengurangan penduduk terjadi di Provinsi DKI Jakarta.Migran risen masih didominasi oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Susenas Maret 2019 mencatat bahwa 51,8 persen migran risen berjenis kelamin laki-laki. Akan tetapi, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,6 persen dibandingkan dua tahun yang lalu[B1][H2] (Susenas Maret 2017 mencatat 52,4 persen laki-laki). Hal tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan untuk melakukan migrasi semakin meningkat.Lebih dari separuh migran risen berasal dari kelompok umur bekerja (20 – 39 tahun) yang merupakan kelompok umur yang cenderung lebih produktif[WA3][H4]. Sementara itu, persentase migran risen semakin menurun seiring dengan pertambahan umur. Apabila dilihat dari status perkawinan, migrasi [WA5][H6]risen mayoritas dilakukan oleh penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berstatus kawin. Lebih dari separuh migran risen berstatus kawin.Penduduk Indonesia berumur 5 tahun ke atas yang melakukan migrasi risen mayoritas memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu tamat SMA/MA/sederajat[B7][H8] ke atas dengan persentase 46,9 persen. Sementara itu, migran risen berumur 5 tahun ke atas hampir seluruhnya memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin, yaitu mencapai 96,7 persen.Dari sisi ketenagakerjaan, persentase migran risen berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebesar 64,2 persen. Mayoritas migran bekerja pada sektor jasa sebesar 61,9 persen. Status pekerjaan utama migran sebagian besar merupakan buruh/karyawan/pegawai dengan persentase 58,1 persen.Persentase migran risen yang mengalami keluhan kesehatan selama 1 bulan terakhir sebesar 12,3 persen. Penduduk migran risen yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam 1 bulan terakhir, paling banyak berobat ke praktik dokter/bidan dengan persentase sebesar 32,8 persen.Migran risen wanita di Indonesia sebagian besar melakukan perkawinan pertama pada umur 19-24 tahun dengan persentase sekitar 51,7 persen. Sementara itu, lebih dari separuh migran risen wanita umur 10-54 tahun berstatus pernah kawin pernah/sedang menggunakan alat/cara KB. Alat/cara KB yang banyak digunakan adalah suntikan dengan persentase sebesar 54,9 persen.Sebanyak 2,2 persen migran risen pernah menjadi korban kejahatan dalam setahun terakhir. Sementara itu, hampir 70,0 persen migran risen mengakses internet dalam 3 bulan terakhir. Sebagian besar dari mereka mengakses melalui hp/ponsel (97,7 persen[B9][H10]) dan mayoritas mengakses dari rumah sendiri dengan persentase sebesar 93,7 persen.Secara nasional rumah tangga migran risen sebagian besar menempati rumah milik sendiri (52,8 persen). Sebagian besar rumah tangga migran memiliki rumah tinggal yang telah layak huni (88,2 persen), yaitu rumah tinggal dengan luas lantai per kapita = 7,2 meter persegi. Kemudian jika dilihat menurut jenis dinding, lantai dan atap rumah terluas, sebagian besar rumah tangga migran tinggal di rumah dengan dinding terluas dari tembok (84,2 persen), lantai terluas dari keramik (63,3 persen), serta memiliki atap terluas dari genteng (51,5 persen). Rumah tangga migran risen yang menggunakan air minum layak sebagai sumber air minum sebesar 76,0 [B11][H12]persen. Sementara itu, rumah tangga migran risen yang[WA13][H14] menggunakan sumber air minum bersih mencapai 84,1 persen. Rumah tangga migran risen sebagian besar telah menggunakan elpiji/gas kota/biogas sebagai bahan bakar utama untuk memasak dengan persentase sebesar 77,5 persen. Sebagian besar rumah tangga migran menggunakan fasilitas tempat buang air besar sendiri (79,9 persen), dimana leher angsa menjadi jenis kloset yang paling banyak digunakan dengan persentase mencapai 96,9 persen. Sementara itu, tangki septik/IPAL merupakan tempat pembuangan akhir tinja yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga migran dengan persentase 88,5 persen.Sementara menurut sumber penerangan, listrik PLN merupakan sumber penerangan yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga migran risen dengan persentase mencapai 97,8[B15][H16] persen. Menurut kepemilikan aset, sebesar 93,2 persen rumah tangga migran memiliki aset. Sepeda motor merupakan jenis aset yang paling banyak dimiliki oleh rumah tangga migran dengan persentase 84,2 persen. Rumah tangga migran risen yang menerima beras sejahtera (rastra) sebagian besar menerima rastra selama 4 bulan terakhir sebanyak ≤ 10 kilogram (53,9 persen). Kemudian, sebesar 3,2 persen rumah tangga migran risen menerima Program Indonesia Pintar (PIP) jenjang SD/MI/sederajat[H17], 1,6 persen menerima PIP jenjang SMP/MTs/sederajat, dan 1,1 persen menerima PIP jenjang SMA/MA/Sederajat. Sementara itu, rumah tangga migran risen yang memiliki/menerima jaminan sosial selama setahun terakhir, paling banyak memiliki/menerima asuransi kecelakaan kerja (68,9 persen). Sebesar 7,1 persen rumah tangga migran risen menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Rumah tangga migran risen yang menerima kredit, sebagian besar menerima kredit dari perusahaan leasing (24,1 persen). Apabila dilihat dari sumber terbesar pembiayaan rumah tangga migran risen, sebagian besar berasal dari anggota rumah tangga (ART) yang bekerja yaitu sebesar 87,1 persen.
Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)

Jl. Dr. Sutomo 6-8

Jakarta 10710 Indonesia

Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291

Faks (62-21) 3857046

Mailbox : bpshq@bps.go.id

logo_footer

Tentang Kami

Manual

S&K

Daftar Tautan

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik