Tanggal Rilis | : | 1 Desember 2009 |
Ukuran File | : | 0.33 MB |
Abstraksi
Pada Oktober 2009, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional sebesar 100,79, atau turun 0,11 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 95,42; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 106,14; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 105,49; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 105,67; dan untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) 105,56. Penurunan NTP dipicu oleh penurunan Subsektor Perikanan terutama pada kelompok penangkapan ikan.
Dari 32 provinsi (tanpa DKI) pada Oktober 2009, NTP 19 provinsi naik, sedangkan 13 provinsi turun. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (1,05 persen), terutama disebabkan harga produsen coklat yang naik 4,76 persen. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sumatera Barat (1,12 persen), terutama disebabkan harga produsen kelapa sawit yang turun 4,67 persen.
Pada Oktober 2009, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Indonesia sebesar 0,40 persen. Inflasi perdesaan Oktober 2009 ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga subkelompok bahan makanan; makanan jadi; perumahan; sandang; kesehatan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga, yang masing-masing naik sebesar 0,51 persen; 0,41 persen; 0,51 persen; 0,27 persen; 0,17 persen; dan 0,34 persen.
Selama November 2009, komposisi jumlah observasi dari 848 transaksi harga gabah di 16 provinsi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 81,49 persen, diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 9,55 persen, dan gabah kualitas rendah sebesar 8,96 persen.
Harga gabah tertinggi di tingkat petani, berasal dari gabah kualitas GKP senilai Rp3.350,- per kg, terjadi di Kabupaten Batubara (Sumatera Utara). Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas rendah senilai Rp2.100,- per kg terjadi di Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat).
Selama tiga bulan terakhir, persentase jumlah observasi harga gabah di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP sedikit menurun. Dibandingkan bulan lalu, terjadi penurunan dari 2,22 persen menjadi 2,20 persen. Penurunan persentase juga terjadi pada jumlah observasi harga gabah kualitas rendah yakni dari 14,12 persen menjadi 8,96 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKG baik di tingkat petani maupun penggilingan masing-masing menurun 4,21 persen menjadi Rp3.020,- per kg dan 4,20 persen menjadi Rp3.086,- per kg dibandingkan bulan lalu. Sedangkan gabah kualitas GKP naik 0,61 persen menjadi Rp2.799,- per kg di tingkat petani dan 0,83 persen menjadi Rp2.862,- per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu, gabah kualitas rendah di tingkat petani menurun 1,04 persen menjadi Rp2.531,- per kg di tingkat petani dan 1,21 persen menjadi Rp2.595,- per kg di tingkat penggilingan.