Yogyakarta - “Kita telah sampai pada sebuah peristiwa. Kau dan aku menjelma angka-angka. Kau satu, aku dua, mereka bertiga, dan seterusnya, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Tersebar di sudut-sudut pelosok nusantara. Semua akan aku catat tidak ada satupun yang terlewat, karena setiap penduduk berarti. SP2020 mencatat Indonesia,” ucap Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, syahdu setelah memutar lagu berjudul Kita Adalah Angka karya Dwi Agus Wahyu Riyadi, Staf BPS Provinsi Jawa Tengah pada pembukaan Rapat Teknis Nasional (Rateknas) Kepala BPS Kabupaten/Kota 2019 di Yogyakarta, (10/9).
Bukan tanpa maksud, lagu tersebut memang dibuat sebagai salah satu cara untuk menyosialisasikan Sensus Penduduk 2020 (SP2020) yang tinggal menghitung bulan. Rateknas ini juga menjadi salah satu cara untuk mempersiapkan agenda besar sepuluh tahunan BPS ini. “Outer space” diusung menjadi konsep Rateknas sebagai analogi lompatan yang saat ini dilakukan BPS dalam pelaksanaan sensus. “Diilustrasikan kita ditantang untuk shifting dari pola lama ke pola baru. Dare to fly dari sensus penduduk yang selama ini dilaksanakan konvensional shifting ke metode kombinasi. Semangat besar untuk meninggalkan mindset lama sensus yang door to door,” jelas JB Priyono, Kepala BPS Provinsi DI Yogyakarta sekaligus Ketua Panitia Rateknas.
Rateknas ini secara langsung dibuka oleh Kepala BPS bersama dengan Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. “Informasi dan struktur kependudukan dari SP diperlukan untuk bahan kebijakan pembangunan SDM menuju Indonesia maju. SP2020 nanti jadi faktor penting karena di 2030 Indonesia mengalami bonus demografi. Revolusi industri 4.0 jangan hanya jadi jargon, tapi jadi wahana pembangunan indonesia sebagai ‘pemain dunia’," ungkap Sri Sultan.
Dukungan dari Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta secara nyata juga telah diberikan. “Pemda DIY siap berpartisipasi mempersiapkan SP ini. Terbukti, Kabupaten Kulon Progo dipilih BPS sebagai tempat ujicoba SP2020. Hasilnya melebihi target, dari target response rate 22% mencapai 39%,” menurut Sri Sultan. “Rateknas ini forum yang tepat untuk membangun mutual understanding antarpihak terkait, kita semestinya memiliki kesadaran bahwa SP bukan hanya milik BPS, tapi milik bangsa ini,” tambahnya.
Ada dua perubahan mendasar yang akan dilakukan BPS pada SP tahun depan nanti menurut Kecuk. “Kita akan menggunakan metode kombinasi, data administrasi kependudukan dari dukcapil akan digunakan sebagai basis data dasar. Tujuannya untuk menciptakan satu data kependudukan indonesia. Kemudian yang kedua, kita menggunakan multi moda pengumpulan data (melalui website online, dan pendataan lapangan menggunakan gajet/kuesioner, red). Kita perlu mendidik masyarakat bahwa untuk menghasilkan data yang baik perlu ada kolaborasi,” ungkap Kecuk.
Di akhir paparannya, Kecuk mengutip salah satu tokoh Amerika, Barrack Obama, “Change will not come if we wait some other person or some other time”. “Ayo kolaborasi. Tidak hanya internal BPS, juga eksternal BPS,” tutup Kecuk.