Jakarta - “Podes itu kaya, informasinya banyak,” demikian pernyataan Harmawanti Marhaeni mengawali talkshow pendataan potensi desa (podes) di Gedung 1 BPS (10/12). Talkshow yang menghadirkan beberapa narasumber ini di-setting dalam nuansa perdesaan. Diiringi kicauan burung, duduk beralas kursi bambu, aneka jajanan pasar, serta kopi dan teh hangat yang tersedia di warung “Mbak Marni” siap melayani narasumber yang memesan minuman sembari berbincang ria. Sebelum talkshow, audiens dihibur dengan penampilan teater dari lulusan Politeknik Statistika-STIS yang menceritakan peluang dan potensi hidup di desa.
Daya tarik wisata komersial di desa naik 46%, bertambah dari 3.360 menjadi 4.920 desa. Ada pula 27.657 desa yang memiliki produk unggulan. Artinya selain wisata, ada produk-produk unggulan yang bisa diekspor. “Secara tidak langsung potensi ekonomi desa saat ini banyak meningkat. Jadi ndak usah khawatir tinggal di desa, banyak yang bisa dikembangkan di sana,” lanjut Harmawanti. Talkshow yang dimoderatori Prita Laura ini menghadirkan dua kepala desa yang dinilai sukses membangun desanya; I Made Dwi Sutaryantha (Kepala Desa Peliatan, Ubud, Gianyar) dan Udi Hartoko (Kepala Desa Pujon Kidul, Malang). “Orang beranggapan tinggal di desa itu tertinggal. Akan tetapi sekarang kita bisa berkontribusi. Kita kelola sampah-sampah yang mencemari sungai, sampah organik kita manfaatkan untuk pupuk. Sekarang omzetnya sudah sampai lima milyar,” jelas Udi.
Sementara dari kementerian, talkshow menghadirkan Sumedi Andono Mulyo (Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Bappenas) dan Ivanovich Agusta (Kepala Pusdatin, Kementerian Desa PDTT). Ivanovich mengharapkan agar ke depannya terjalin komunikasi dan integrasi antara kementerian/lembaga guna membangun satu data desa. Sementara Bappenas menekankan bahwa dalam RPJMN ke depan, pembangunan desa tetap akan menjadi arus utama, hanya pendekatannya bersifat afirmatif terutama pada desa-desa yang tertinggal.