Jakarta - Indonesia terus berusaha memperbaiki data pangan, terutama data beras sebagai komoditas strategis. Salah satu perbaikan yang dilakukan ialah penggunaan metode Kerangka Sampel Area (KSA). Metode KSA yang dikembangkan BPPT ini direkomendasikan oleh Forum Masyarakat Statisik (FMS) untuk digunakan dalam mengukur luas panen dengan komoditas padi sebagai objek pengamatan di tahun 2018.
Selama Januari-Agustus 2018, BPS bekerja sama dengan BPPT melakukan kegiatan pendataan untuk menghitung produksi padi di seluruh Indonesia. Di hari kedua pelaksanaan Workshop Persiapan FGD Disagregasi PMTB dan Penjelasan Umum Rilis KSA (18/9), Hermanto, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS menjelaskan latar belakang, tahapan, serta informasi yang akan diperoleh dari metode KSA. Hal ini sebagai bagian dari persiapan rilis hasil KSA yang nantinya akan dilakukan, baik di BPS (pusat) maupun BPS provinsi.
Beberapa kelebihan metode KSA antara lain mendapatkan informasi penyebaran fase tumbuh padi (vegetatif awal, vegetatif akhir, generatif, panen, persiapan lahan, puso, sawah bulan padi, dan bukan sawah). Selain itu, metode KSA mampu menghitung potensi luas panen hingga tiga bulan ke depan.
Denni Puspa Purbasari, Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Strategis Kantor Staf Presiden yang turut hadir menyampaikan apresiasi kepada BPS yang telah bekerja keras dalam memperbaiki statistik pertanian, khususnya data produksi padi. “Pekerjaan bapak ibu kalau dilihat dari wacana publik tidak glam, tapi bagi yang tahu pekerjaan bapak ibu ini sebenarnya sangat revolusioner, sangat strategis bagi pengambilan kebijakan. Dengan metodologi, teknologi, dan keterbukaan akan membuat penghitungan KSA ini menjadi lebih kredibel,“ ucapnya.