31 Desember 2009 | Kegiatan Statistik Lainnya
PDRB Kota Bandar Lampung tahun 2006 sebesar 5.103.379 (dalam jutaan rupiah) dengan konstribusi terbesar dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, disusul sektor bank/keuangan, dan sektor industri pengolahan. Total nilai ekspor non migas yang dicapai Kota Bandar Lampung hingga tahun 2006 sebesar 4.581.640 ton, dengan kontribusi terbesar dari komoditi kopi (140.295 ton), karet (15.005 ton), dan kayu (1524 ton). Kota Bandar Lampung memang kurang potensi di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, tetapi setiap tahun mendapat jatah sampel ubinan padi dan palawija dari pusat dan ada tambahan 16 sampel ubinan padi dan palawija yang dibiayai oleh Dinas Pertanian provinsi Lampung. Komoditi padi, jagung dan ubi kayu dihasilkan di tiga kecamatan yaitu Sukarame, Tanjung Senang, dan Rajabasa.
Kendala yang dihadapi selama kegiatan ubinan adalah Blok Sensus (BS) yang terpilih sebagai sampel ubinan sering meleset. Artinya Sub Round tertentu di BS tidak mengusahakan tanaman padi atau palawija. Akhirnya, dilakukan penggantian sampel BS dengan mencari informasi dari Dinas Pertanian. Kemudian dilakukan listing pada BS tempat Rumah Tangga Pertanian yang mengusahakan tanaman padi atau palawija dan akan melakukan panen pada Sub Round yang bersangkutan. Dilanjutkan dengan penarikan sampel sesuai komoditi dan varitas masing-masing tanaman tersebut. Kendala lain yang sangat menentukan kualitas data produksi padi, jagung, dan ubi kayu adalah ketidaktahuan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dan mantri pertanian/petugas pengelolaan data pertanian tingkat kecamatan (KCD) untuk melakukan ubinan secara baik dan benar. Mereka tidak paham dalam menentukan titik pusat ubinan, cara memasang dan menggunakan alat ubinan yang benar. Ketidaktahuan mengakibatkan alat ubinan milik petugas masih terlihat baru, namun anehnya ada beberapa alat ubinan yang tidak lengkap dan hilang.
Pelatihan Refreshing Pertanian di Provinsi Lampung rutin dilakukan setiap tahun oleh Dinas Pertanian tingkat I. Peserta pelatihan hanya KCD dan kepala seksi dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Instruktur yang mengajar bukan dari BPS Pusat melainkan dari Departemen Pertanian. Peserta juga hanya diajarkan cara pengisian kuesioner Sensus Pertanian. Sedangkan tata cara ubinan tidak diajarkan. Padahal menurut buku pedoman pengumpulan data pertanian tanaman pangan, yang melakukan ubinan tidak hanya KCD tetapi KSK juga harus dilibatkan.
Ketiadaan dana untuk pelatihan ubinan di Bandar Lampung, bukan menjadi kendala untuk mengajarkan ubinan bagi KSK dan KCD. Permasalahan diatasi dengan mencari wilayah yang melaksanakan panen, kemudian langsung dipraktekkan cara melakukan ubinan sesuai buku pedoman. Hasilnya, sebagian besar KSK dan beberapa KCD di Kota Bandar Lampung mulai terampil memasang dan menggunakan alat ubinan serta mampu melakukan ubinan dengan benar.
September 2009 yang lalu di Kelurahan Batu Putu, Kecamatan Teluk Betung Utara, dilakukan kegiatan mengubin. Sebelum ke lapangan, seperti biasa, petugas melapor kepada Lurah Batu Putu yang kebetulan baru satu bulan dilantik. Di luar dugaan, Pak Lurah antusias ingin ikut mengubin setelah ia mendapat penjelasan tentang pentingnya data produktivitas tanaman padi dan palawija. "Sambil menyelam minum air," kata Pak Lurah baru, yang memang belum mengenal potensi wilayahnya sekaligus ingin kenal dengan masyarakatnya dengan kegiatan tersebut.
Tanpa malu-malu Pak Lurah ikutan membedah ransel alat ubinan KSK. Dia ikut membantu memasang alat ubinan walaupun keliru. "Mengambil titik pusat ubinan aja kok pakai dirandom segala, kenapa tidak langsung aja dicari yang terdekat dari tepi petak?" pertanyaan tersebut dilontarkan dengan wajah keheranan. Setelah mendapat penjelasan dari KSK, dia pun manggut-manggut seolah-olah sudah paham. "Ternyata ngitung-nya cuma diambil sampel aja ya, 2,5m x 2,5m lalu dikalikan luas panennya ya," begitu katanya. "Sekarang saya jadi tambah wawasan tentang BPS, ternyata nggak cuma ngitung jumlah penduduk aja tapi ngitung produksi pertanian juga, wah apa nggak pusing tuh, rumusnya kan banyak," katanya dengan wajah serius. "Itu sudah tugas BPS, Pak. Jadi nggak ada kata pusing," kata salah satu KSK. "Pusingnya kalo tanggung bulan, gak ada doku alias duit," celetuk yang lain, ada-ada saja. Setelah tugas selesai, kami pun pamit. Pak Lurah masih penasaran ikut ngubin tanaman padi. Lain waktu kami akan kembali lagi mengubin komoditi lainnya. (Sumber : Varia Statistik November 2009-Humas BPS)